Di balik dinding-dinding beku, ia khawatir. khawatir akan baik
tidaknya kamu, khawatir akan pudarnya senyummu, khawatir akan rapuhnya
hatimu, dan khawatir akan jatuhmu--kedua kalinya.
Cinta, yah... doa-doa tulus itu selalu terpanjat, atas nama cinta--ia berdoa. ia berdoa untukmu. pagi-siang-sore-malam-bahkan saat ia terlelap dan bermimpi, ia bermimpi berdoa pada Kuasa demi kebahagiaanmu.
Demi kamu...
Dan cinta... kini, ia jauh membawa hatimu. janjinya akan kembali, dan mengembalikan semuanya ke tempat semula. tapi, pastilah akan ada dinding-dinding beku lain yang tercipta.
Bagai hujan di nanti kemarau panjang
Bagai air yang pelik ke bukit sebrang
Bagai embun yang dirindukan petang
Layaknya ia dan kau dalam bayang-bayang
Dalam angan ia berharap, bertemu denganmu--meski untuk terakhir--demi terobatinya rindu itu...
Cinta, yah... doa-doa tulus itu selalu terpanjat, atas nama cinta--ia berdoa. ia berdoa untukmu. pagi-siang-sore-malam-bahkan saat ia terlelap dan bermimpi, ia bermimpi berdoa pada Kuasa demi kebahagiaanmu.
Demi kamu...
Dan cinta... kini, ia jauh membawa hatimu. janjinya akan kembali, dan mengembalikan semuanya ke tempat semula. tapi, pastilah akan ada dinding-dinding beku lain yang tercipta.
Bagai hujan di nanti kemarau panjang
Bagai air yang pelik ke bukit sebrang
Bagai embun yang dirindukan petang
Layaknya ia dan kau dalam bayang-bayang
Dalam angan ia berharap, bertemu denganmu--meski untuk terakhir--demi terobatinya rindu itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar