Senin, 08 Agustus 2011

Kangen dia T_T

Bismillah...

"Ukhti... ana kangen ma dia. gmana ni ukhti?" tanyaku pada seorang sahabat melalui hp begitu gusar.
"Astakhfirullah ukh... sabar ya, banyak-banyak baca qur'an ukh. itu sudah mendekati zina loh ukh" jawabnya.
"Makanya ana nelpon anti, ana udah berusaha lupain dia, tapi tetep aja kebawa mimpi ukh. ana udah baca qur'an, tapi cuma waktu baca qu'an aja lupanya..." lanjutku.
"Anti ingat hadits ini gk?

'Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.' (HR Bukhari)" ucapnya bagitu menyentuhku.

"Ukh... hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang. apa yang anti pikirkan hingga anti begitu kangen ma dia? tanyanya kemudian.
"Ana gk ikhlas mutusin dia ukh..." jawabku sesal.
"Istikhfar ukh... antikan sudah berkomitmen untuk gk lagi pacaran. mana semangat anti yang dulu?"
"Ukh... Allah akan mengganti dia dengan yang halal nantinya. ingat ukh, ini hanya bisikan syetan. ini cuma caranya biar anti kembali menjalin hubungan yang haram itu ukh, ingat itu..." jawabnya lagi.

 "Apa kangen itu juga gk boleh ukh?" tanyaku kemudian.
"hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya..." jawabnya.
"kalau rasa kangen itupun gk bisa anti manajemen, apa anti yakin anti bisa menjauhi hubungan yang mendekati zina itu ukh??" tanyanya, suaranya kian dalam menyentuh hatiku.
"apa yang anti lakukan kalau kangen dia? sms? nelpon?ketemu?makan bareng?lalu?lalu lagi?dan lalu... apa kira-kira yang akan kalian lakukan?" lanjutnya.

"saling melepas rindu... dengan apa? pegang tangan, pegang pipi, dan... anti bisa bayangkan kan?" lanjutnya makin sengit.
aku hanya mengangguk, gemuruh rindu itu mulai mereda.

Ya Allah... kuatkan hati hamba, desahku.

"Lagi pula ukh, 'Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.' (QS. Al-Baqarah:216)"
"ya... ana juga gk yakin dia baik untuk ana." selaku menanggapi ucapannya.
"Ukh...ukh...anti ini kayak sudah kepengen nikah aja. pikirannya ke arah jodoh terus" ucapnya sambil terkekeh kecil.
hehehe malu juga ana.

"hmmm... ana boleh nanya ukh?"ucapku kemudian.
"apa uhktiku sayaaang" jawabnya manja, membuatku tersenyum. ada angin kedamaian berhembus begitu saja.
"anti...pernah jatuh..." ucapku tersendat. takut kalau ia tersinggung.
"cinta..." lanjutku.
"alhamdulillah, berkali-kali ukh. hehehe" jawabnya ringan. aku jadi tak merasa sungkan, dia memang ukhti yang baik.

"knapa memangnya ukh?" tanyanya.
"berarti anti pernah kangen dong, pengen ketemu misalnya. ya kan?" tanyaku memaksa.
"iya, pernah. ana juga pernah merasakan itu ukh. kan sudah fitrahnya manusia punya rasa cinta ukh" jawabnya.
"tapi katanya tadi gk boleh kangen ma laki-laki ukh...anti kok kangen juga hehehe" ucapku menyelidik, segan juga rasanya.

"yah...sekarangkan bagaimana kita menyikapinya. membunuh perasaan juga gk boleh ukh, misalnya tisak mengakui kalau kita jatuh cinta atau kangen.  tapi, jangan terbawa perasaan, itu yang penting ukh" jawabnya mengalahkanku.

"jadi anti gmana dong menyikapinya? ana liat anti ini serba tenaaang banget hidupnya" ucapku polos.
"kalau untuk urusan laki-laki, ana hanya berfikir bahwa ana belum punya hak untuk merindui siapapun ukh.dan ana juga selalu berhusnujdon pada Allah, bahwa Allah pasti menyediakan yang lebih baik yang nanti akan jadi teman hidup ana. tinggal tunggu waktunya aja ukh" jawabnya.
uhhhhh indah sekali rasannya hidupnya.

"semangat!! aku harus semangat!" ucapku dalam hati kemudian.
"aku gk akan cengeng! lagi pula Allah pasti punya pilihan yang lebih baik untukku. pasti! insya Allah..." lanjutku begitu semangat.

Duhh yang udah kepengen meriiiid... hehehe
***

Oleh: 'Afiifa Hasnaa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar