Hari rabu, jam pelajaran ke 3 di kelas 7.3 adalah olahraga. Aku duduk di meja piket sambil memperhatikan mereka lalu lalang dari kelasnya ke kamar mandi untuk berganti pakaian olahraga. Termasuk juga Iska. Ia tiba-tiba keluar dengan pakaianolahraga lengkapnya.
Tapi, kali ini ia terlihat sangat lucu. Aku tertawa dibuatnya. Ku perhatikan ia dari jilbab hingga celananya.
Bajunya sedikit kedodorannya, berwarna putih bergaris biru di lengannya, dan dimasukkannya bagian bawah bajunya itu ke dalam celananya.
Celananya berwarna biru, selaras dengan warna garis biru di lengan bajunya. Dan itu juga tampak sangat kedodoran baginya. Ia mengenakannya seperti Jojon, sangat tinggi di atas perutnya. Kemudian jilbab putih yang ia kenakan sangatlah kecil, hingga tidak sampai menutupi dadanya.
Lucu.
***
***
di pagi berikutnya, aku datang sedikit terlambat dari jadwalku biasanya. Turun dari angkotpun aku langsung bergegas menuju gang memasuki jalan sekolah. Takut keterlambatanku ini diketahui kepala sekolah akupun mengganti sepatu hakku dengan sendal jepit yang sengaja ku bawa untuk mengantisipasi kalau-kalau ada keadaan seperti ini. Dan aku kian bergegas dengan langkahku.
Sambil terus melangkah, ntah knapa tiba-tiba aku ingin menolehkan kepalaku ke belakang. Dan akupun menoleh.
Lihatlah, benar saja. Keinginanku itu ada alasannya. Ternyata di belakangku ada dia-Iska. Tapi, siapa lelaki paruh baya di sampingnya. Menggenggam tangan Iska dengan kuat, menoleh ke kiri dan kanan memastikan kendaraan yang lewat di depan mereka. Kemudian kembali menarik lengan Iska dengan lembut. Sesekali ia tersenyum pada Iska, senyumannya penuh kasih sayang sepertinya.
Pastilah ia sang ayah. Aku tersenyum lega, Iska punya orng-orang yang menyayanginya setulus lelaki itu.
***
Hari ini ada tim Tes IQ datang ke sekolah, semua anak wajib mengikuti tes ini. Termasukpun Iska. Tim penguji IQ itu beranggotakan 3 orang, jadi sedikit kewalahan menghadapi banyaknya siswa dalam satu kelas. Sementara 2 anggota tim tersebut masukke kelas 9, anggota satunya lagi masuk ke kelas 7.3, itu kelas dimana ada Iska. Aku ingin masuk, dengan tujuan pertanyaanku tentang keterbatasan Iska itu dapat terjawab. Tapi aku ragu.
Hari ini ada tim Tes IQ datang ke sekolah, semua anak wajib mengikuti tes ini. Termasukpun Iska. Tim penguji IQ itu beranggotakan 3 orang, jadi sedikit kewalahan menghadapi banyaknya siswa dalam satu kelas. Sementara 2 anggota tim tersebut masukke kelas 9, anggota satunya lagi masuk ke kelas 7.3, itu kelas dimana ada Iska. Aku ingin masuk, dengan tujuan pertanyaanku tentang keterbatasan Iska itu dapat terjawab. Tapi aku ragu.
“Boleh saya masuk pak?”tanyaku pada penguji itu. Ia mempersilahkan, dan akupun masuk. Duduk di sebelah Iska, kebetuan ada bangku kosong di sebelah bangkunya.
Beberapa menit kemudian, sang penguji memberikan lembaran-lembaran soal yang diujikan kepada siswa-siswiku itu. Dan menginstruksikan untuk menjawabnya-setelah ada beberapa petunjuk yang diberikan. Akupun ikut membantu mempermudah tugasnya menjelaskan kepada mereka.
Selang setengah jam berlalu, selama itu aku menanyakan beberapa pertanyaan tentang cara bagaimana para penguji itu tahu hasil tingkat IQ para siswa-selama itu juga para siswa-siswi mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di lembar soal.
“Oke. Waktunya sudah habis” ucap penguji tadi.
Semua lembar jawaban ditariknya, dan setelah semuanya terkumpul kami memeriksanya satu-persatu. Aku berharap,lembar jawaban Iska akulah yang memeriksanya. Dan, alhamdulillah harapanku terkabul. Kini lembar jawaban murid kesayanganku itu telah ku genggam.
Tapi, tak ada satupun jawaban yangia berikan. Lembar jawabannyakosong. Hanya ada namanya disana. Ya Allah... apa artinya itu?
***
"Iska khairani" ucapku mengechek kehadiran mereka kemarin, dan tidak ada jawaban.
"Iska khairani" ucapku mengechek kehadiran mereka kemarin, dan tidak ada jawaban.
"Iska pulang kampung Miss" jawan Weni, siswi yang duduk tepat di hadapku.
yah, ia-murid kesayanganku-ternyata seudah empat hari yang lalu tidak masuk sekolah. karena pulang kampung-ke Aceh.
dan hari ini, aku kembalimasuk ke kelas 7.3, ia telah masuk sekolah. aku masuk dengan menenteng tas penuh dengan hasil ulangan mereka. begitu melihatnya-Iaka, aku lantas hendak menegurnya dan sekedar menanyakan bagaimana 'liburan' nya itu. tapi ia mendahuluiku.
didekatinya aku, ku lihat ia menggenggam sebuah bungkusan hitam. tapi awalnya aku tak tertarik-hingga kemudian Iska menyodorkannya kepadaku. aku terenyuh...
"Apa ini?" tanyaku lembut, sambil mendekatkan kepalaku ke arahnya.
"Pisang" jawabnya singkat, dan sangat pelan. pisang????
"Pisang apa Iska? tanyaku sambil tersenyum kecil dan semakin mendekatkan telingaku padanya.takut kalau tidak dapat mendengar ucapannya itu.
"Dari mamak" jawabnya lagi singkat. kemudian beranjak menuju tempat duduknya kembali.
ingin sekali ku buka bungkusan itu, tapi aku saat itu sudah jadi pusat perhatian anak-anak yang lain.
"Yeee Miss dapet ole-ole dari anaknya" ejek si murid bandelku-Farhhan. yang lain ikut menimpali dengan tawa-tawa kecil.
jam mengajar telah habis, akupun bergegas menuju ruangan guru. bergegas membuka bungkusan itu pula.
"Pisang sale!" desahku pelan, pada diriku sendiri.
"Alhamdulillah" lirihku terharu.
Iska, ternyataia juga tau cara menghargai orang yang mencintainya T_T
hhuhhhuh, jadi sedddih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar